Bisakah Islamisasi Budaya?
Sebagaimana yang telah kita jelaskan di atas tentang perbedaan antara Islam dengan budaya, maka Islam itu sudah sempurna tidak perlu ditambah dengan budaya lokal. Budaya tetap budaya tidak bisa dijadikan ajaran Islam. Akan tetapi Islam memberikan ruang untuk sebuah kebiasaan atau budaya masyarakat untuk dilakukan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan tidak dianggap sebagai ajaran agama yang wajib dijalankan. Bagi siapa yang mau melakukan silakan menjalankannya asal tidak menjadi alat untuk memecah belah persatuan kaum muslimin. Apalagi menjadi tolak ukur ketaqwaan dan menghukum orang yang tidak menjalankannya sebagai kelompok sesat. Seperti kejadian beberapa kasus di berbagai tempat, seorang muslim yang meninggal dilarang di kuburkan di pemakaman umum karena tidak ikut yasinan dan tahlilan! Beberpa pondok pesantren dibakar dan diusir santrinya karena tidak melaksanakan maulidan dan salawatan! Ini menunjukkan sebuah penyimpangan dalam pemahaman beragama terutama masyarakat yang diasuh oleh agen-agen Islam Nusantara. Sebaliknya kita tidak melihat ada pengusiran bagi orang yang tidak sholat, yang tidak berhijab dan bahkan terang-terangan berbuat maksiat didepan umum. Seakan-akan kedudukan budaya lebih tinggi dari hal-hal yang diwajibkan Allah. Jangankan apa yang disebut sebagai bid’ah hasanan, orang yang tidak melaksanakan sunnah muakkadah saja tidah berhak diusir, bahkan orang yang meninggalkan hal yang wajib sekalipun juga tidak berhak diusir! Silakan anda renungkan kenapa sikap radikal seperti ini terjadi terhadap orang yang tidak suka budaya, tapi tidak diberlakukan terhadap orang yang tidak suka pada agama? Sungguh aneh alias ajiib.
Kenapa jazirah Arab terpilih menjadi tempat diturunkannya Islam, mengapa tidak di Indonesia?
Sesungguhnya Allah menajdikan makhlunya dalam aturan yang sempurna diatas segala kesempurnaan. Allah memilih dan menentukan sebuah kepurtusan yang sia-sia, akan tetapi berdasarkan ilmu-Nya yang Maha Sempurna dan dibalik ketentuan tersebut tersimpan berjuta-juta hikmah.
Allah melebihkan satu makhluk atas makhluk yang lain, bumi dijadikan belembah dan berbukit. Sebagian nabi juga Allah beri kelebihan atas nabi yang lain.
{تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ } [البقرة/253]
“Demikian sebagian rasul kami lebihkan atas sebagian mereka, diantara mereka ada yang diajak bicara oleh Allah, dan sebagian mereka diangkat kedudukannya beberapa derajat”.
Sebagaimana surat dan ayat Al Quran juga berbeda dari sisi kelebihan dan keutamaan. Demikian pula suatu tempat dan bangsa juga Allah beri kelebihan atas tempat dan bangsa yang lain. Maka Allah memuliakan bumi Makkah diatas belahan bumi lain, memilih bangsa Arab untuk nabi yang terakhir walau sebelumnya kebanyakan nabi berasal dari bangsa Bani israil.
Bumi Makkah memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh belahan bumi lain, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah r:
((والله إنك لخير أرض الله وأحب أرض الله إلى الله ولولا أني أخرجت منك ما خرجت)) رواه الترمذي وصححه الألباني
“Demi Allah sesungguhnya engkau (negeri Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah, dan bumi yang paling dicintai Allah, seandanya aku tidak diusir darimu niscaya aku tidak akan keluar darimu”.
Allah telah memilih sebagai pembawa risalah yang terakhir dari negeri yang paling mulia juga dari keturunan yang paling mulia. Sebagaimana Firman Allah:
{اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ} [الحج/75]
“Allah memilih dari golongan malaikat sebagai rasul dan juga dari golongan manusia, sesungguhnya Allah Maha mendengar dan Maha Melihar”.
Dan sabda Rasulullah r:
«إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِى هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِى هَاشِمٍ». رواه مسلم
“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinaanah dari keturunan Ismail, dan memilih Quraisy dari Knaanah, dan dari suku Quraisy memilih Bani hasyim, dan memilih aku dari suku Bani Hasyim”.
Berkata Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu :
(إِنَّ اللَّهَ عز وجل نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ r خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ، فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ r فَوَجَدَ أَصْحَابَهُ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ، يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ) رواه أحمد وقال الأرنؤوط : إسناده حسن
“Sesungguhnya Allah melihat kepada hati-hati manusia, maka Allah mendapati hati Muhammad hati sebaik-baik hati manusia. Maka Allah memilihnya secara khusus dan mengutusnya untuk membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati manusia setelah hati Muhammad r, maka allah mendapati hati para sahabatnya sebaik-baik hati manusia, maka Allah menjadikan mereka sebagai pembantu nabi-Nya, bebrperang membela agamanya”.
Semua itu kembali kepada kehendak Allah secara mutlak, kita tidak berhak mempertanyatakan perbuatan Allah, akan tetapi kitalah yang akan ditanya tentang perbuatan kita.
{لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُون} [الأنبياء/23]
“Allah tidak ditanya tetang apa yang Ia perbuat sedang mereka (manusia) akan ditanya tentang apa yang mereka perbuat”.
Dan firman Allah:
{إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ} [الحج/14]
“Sesungguhnya Allah memperbuat apa yang Ia kehendaki”.
Dan firman Allah:
{وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ} [الحج/18]
“Barangsiapa yang dihinakan Allah maka tiada seorangpun yang dapat menjadikan ia mulia, sesungguhnya Allah berbuat apa yang Ia kehendaki”.
Orang-orang kafir Makkah pernah mempetanyakan: kenapa Allah tidak mengutus orang lain selain nabi Muhammad r? Allah menjawab keberatan mereka: apakah mereka yang akan menengatur pembagian rahmat Allah?
{وَقَالُوا لَوْلَا نُزِّلَ هَذَا الْقُرْآَنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ (31) أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ } [الزخرف/31، 32]
“Dan mereka berkata: kenapa tidak diturunkan Al Quran ini kepada seorang laki-laki yang terhormat dari dua kota? Apakah mereka yang membagi rahmat tuhanmu? Kami yang membagi antar mereka kehidupan mereka di dunia. Dan kami meninggikan kedudukan sebagian mereka diatas sebagian yang lain dengan beberapa derajat”.
- Kesimpulan
Budaya adalah hasil karya akal dan pengalaman manusia yang punya banyak sisi kelemahan, kebenarannya relativ. Budaya yang berjalan ditengah masyarakat bisa diterima dalam Islam selama tidak melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam.
Islam bukan budaya Arab, akan tetapi Islam adalah agama Allah yang sempurna, diturunkan untuk semua suku bangsa dan berlaku untuk sepanjang masa serta cocok pada setiap tempat.
Wallahu A’lam